Pun Jokowi mengatakan, sebanyak 42 % tenaga kerja Indonesia adalah mereka yang merupakan lulusan sekolah dasar (SD), 66 % lulusan SD-SMP, dan 82 % merupakan lulusan SD-SMP-SMA-SMK.
Jokowi menyayangkan kondisi sarana penunjang pelatihan dan ketrampilan siswa di sekolah sudah tak sesuai dengan zaman digital seperti saat ini.
"Oleh sebab itu, harus ada sebuah percepatan agar bisa mengupgrade, memperbaiki level mereka dalam hal skill," kata Jokowi saat menghadiri Konferensi Forum Rektor Indonesia 2017 di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (2/2). Seperti yang TribunPendidikan.com lansir dari Republika.
Guru Normaif Didik SMK?
Selain itu, menurut Presiden Joko Widodo, ternyata masih banyak guru normatif yang mendidik siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menurut Jokowi, seharusnya mayoritas pendidik di SMK merupakan guru yang dapat memberikan pelatihan-pelatihan bagi peserta didiknya.."Di SMK itu mestinya bukan kayak SMA dan yang saya lihat di SMK hampir mirip-mirip dengan SMA. Padahal mestinya di situ 70-80 persen adalah guru-guru pelatih yang bisa melatih hal-hal yang berkaitan dengan garmen yang berkaitan dengan assembling otomotif misalnya atau yang bisa menjalankan mesin-mesin CNC," ujarnya.
Tak hanya itu, Presiden pun menyoroti kejuruan-kejuruan yang ada di SMK. Menurut dia, jurusan-jurusan di SMK haruslah sesuai dengan zaman dan kebutuhan. Sehingga para siswa lebih memiliki keterampilan yang berdaya saing. Karena itu, sekolah-sekolah kejuruan maupun universitas harus berani membuka jurusan-jurusan yang baru. Ia pun kemudian mencontohkan perlu adanya jurusan baru yang terkait dengan bisnis online.
"Padahal dunia sudah berubah cepat sekali, mestinya jurusannya misalnya jurusan mengenai jaringan, mempelajari mengenai jaringan IT, misalnya membuat video blog, membuat aplikasi-aplikasi, jurusan aplikasi, animasi yang in. Di universitas misalnya juga harus mulai berani mengubah hal-hal yang berkaitan dengan jurusan," katanya.
"Kita mau cari tarian apa pun dari Sabang sampai Merauke mungkin dikumpulkan lebih dari 10 ribu atau 15 ribu ada mungkin macam-macamnya. Dan ini kekuatan menurut saya," lanjutnya.
Hal ini pun menjadi tugas perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dan juga menyiapkan sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dengan negara lain. Jokowi pun mengatakan, perlunya pemetaan kekuatan masyarakat Indonesia yang dapat dikembangkan, salah satunya yakni di bidang seni budaya yang dapat menjadi potensi ekonomi pariwisata.
Advertisement
0 Comments